Nah kali ini saya akan memposting sebuah cerita yang berasal dari desa sebelah tempat saya tinggal yaitu Desa Randupitu. Dan kebetulan istri saya berasal dari desa tersebut.hehe
Nah ini dia cerita tentang asal usul nama Desa Randupitu
check it out...!!!
Cerita rakyat ini
adalah kejadian yang dialami oleh rakyat di sekitar wilayah Desa Randupitu
Kecamatan Gempol serta sebagian wilayah Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan.
Ada berbagai macam versi cerita yang kami angkat ini, namun kesemuanya memiliki
kesamaan. Kami menemui beberapa sumber yang pernah berhubungan langsung dengan
pelaku sejarah. Cerita mereka ternyata hampir sama dengan cerita yang pernah
diangkat oleh Seni Ludruk RRI Surabaya pada tahun 70-an yang berjudul “Bongkarnya
Pabrik Gula di Babat Randupitu” dengan lakon pemuda pemberani dari Desa
Randupitu yang bernama Durrassad atau Abdur Rosad.
Kisah ini terjadi pada
era 1937 – 1943 yang pada saat itu kawasan Desa Randupitu menjadi sentra/pusat
kekuatan penjajah Belanda, diantaranya :
- . Pabrik gula di Dusun Babat Desa Randupitu, Lokasi sekarang adalah disekitar Yayasan Pendidikan Al Faqihiyyah.
- . Pasar di perempatan Randupitu, lokasi sekarang disekitar SDN Randupitu.
- . Rumah/Loji Tuan Koller (Tuan Abang) di Dusun Gesing Desa Randupitu, lokasi sekarang adalah akses masuk Pemakaman Umum Gunung Gangsir.
Pada masa itu desa ini belum bernama Randupitu di
pimpin oleh seorang Lurah yang bernama Bapak Singo Wongso. Bertempat tinggal di
Dusun Gesing Utara yang kalau sekarang berada di sekitar Pabrik Salam Mie. Dia
sangat tegas dan disegani oleh penjajah. Tepatnya pada tahun 1937 Lurah Singo
Wongso ditangkap oleh penjajah karena dia menolak menyerahkan pemuda-pemuda
desa untuk kerja paksa di Jurang Kwaci Malang. Penangkapan itu memicu pergerakan
rakyat yang didukung oleh tentara nasional Indonesia dan juga beberapa pemuda
dari Pulau Madura. Pergerakan itu dipimpin oleh seorang pemuda yang bernama
Durrasad atau Abdur Rosad dari. Dia adalah seorang pemuda yang pemberani dan
memiliki jiwa kepemimpinan.
Dari Desa Randupitu pergerakan menuju ke Pabrik Gula
pertama kali dilakukan pada tahun 1937. Karena kurangnya peralatan dan
prasarana perang, penjajah dapat memukul mundur para pemuda dan rakyat. Yang
pada akhirnya perang terjadi disepanjang jalan Dusun Babat sampai ke wilayah
Desa Plumbon Kecamatan Pandaan.
Untuk menghalangi masuknya tank-tank penjajah,
sebagian pemuda dan rakyat menebang pohon randu yang besar-besar berjumlah 7
batang. Pohon tersebut diambil dari batas wilayah Desa Randupitu Selatan dengan
Dusun Wangi Desa Sumberejo. Ternyata jalan yang dihalangi dengan 7 pohon randu tersebut
hanya bisa bertahan selama 5 jam sehingga para pemuda dan rakyat terdesak
sampai ke Desa Plumbon Kecamatan Pandaan. Dalam perang ini banyak pejuang yang
gugur, diantaranya Bapak Buamin dari Desa Randupitu (Ayah dari Bapak Atimun
Tamping Randupitu) yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kutorejo Pandaan.
Sang komandan perang Durrassad tertangkap dan dipenjara di daerah Malang.
Setelah kejadian tersebut serta telah mendapat restu
dari Mbah Pandak di Desa Sumberejo Pandaan, maka desa ini diberi nama Desa
Randupitu.
Pada akhirnya, sekitar tahun 1941 Bapak Singo
Wongsoh dan Durrassad bias meloloskan diri dari penjara Belanda menyusun
serangan kedua dengan strategi dan persiapan yang matang, diantaranya :
1.
Mengumpulkan senjata rampasan untuk
dipergunakan sebagai alat perlawanan kepada Belanda
2.
Bersatu dengan para tokoh masyarakat dan
pemuda dari desa-desa disekitar Randupitu.
3.
Strategi perang yang matang.
Maka pada saat itu perlawanan dilakukan secara
serempak di tiga sasaran lokasi, yaitu :
- . Membakar Pabrik Gula di Dusun Babat.
- . Membakar rumah dan membunuh Tuan Koller (Tuan Abang) di Dusun Gesing.
- . Membakar pasar di perempatan Randupitu.
Menurut cerita yang kami dapatkan, setelah serangan
tersebut penjajah Belanda di daerah Randupitu melarikan diri dengan menggunakan
kereta api melewati Bangil.
Nah, itulah sebuah cerita sejarah yang berasal dari desa sebelah yang berbatasan langsung dengan Desa Kabunan dan masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Gempol.
Tunggu cerita sejarah selanjutnya....
(rey)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussangat menarik, kebetulan saya juga dari randupitu tepatnya dusun gesing.
BalasHapuskeren mas. aku teko mbabat . gorong tau ero . cerito iki . suon wawasan.e
BalasHapusMbah q dlu pas ngarit d tembak Belanda.
BalasHapusPas angon d kuburan Cina.
Smpe meninggal peluru nya msih tertinggal d lengan nya.
Sungguh menarik cerita nya.
Terimakasih