Labels

Kamis, 20 September 2012

Sejarah Nama Desa Randupitu

Setiap tempat ato bangunan pasti memiliki sejarah tersendiri yang bisa diceritakan turun temurun kepada anak cucu. Dan cerita-cerita ini merupakan warisan budaya leluhur yang bisa menambah kekayaan budaya bangsa kita.
Nah kali ini saya akan memposting sebuah cerita yang berasal dari desa sebelah tempat saya tinggal yaitu Desa Randupitu. Dan kebetulan istri saya berasal dari desa tersebut.hehe
Nah ini dia cerita tentang asal usul nama Desa Randupitu
check it out...!!!



Cerita rakyat ini adalah kejadian yang dialami oleh rakyat di sekitar wilayah Desa Randupitu Kecamatan Gempol serta sebagian wilayah Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Ada berbagai macam versi cerita yang kami angkat ini, namun kesemuanya memiliki kesamaan. Kami menemui beberapa sumber yang pernah berhubungan langsung dengan pelaku sejarah. Cerita mereka ternyata hampir sama dengan cerita yang pernah diangkat oleh Seni Ludruk RRI Surabaya pada tahun 70-an yang berjudul “Bongkarnya Pabrik Gula di Babat Randupitu” dengan lakon pemuda pemberani dari Desa Randupitu yang bernama Durrassad atau Abdur Rosad.
Kisah ini terjadi pada era 1937 – 1943 yang pada saat itu kawasan Desa Randupitu menjadi sentra/pusat kekuatan penjajah Belanda, diantaranya :
  1. .      Pabrik gula di Dusun Babat Desa Randupitu, Lokasi sekarang adalah disekitar Yayasan Pendidikan Al Faqihiyyah.
  2. .      Pasar di perempatan Randupitu, lokasi sekarang disekitar SDN Randupitu.
  3. .      Rumah/Loji Tuan Koller (Tuan Abang) di Dusun Gesing Desa Randupitu, lokasi sekarang adalah akses masuk Pemakaman Umum Gunung Gangsir.

 Pada masa itu desa ini belum bernama Randupitu di pimpin oleh seorang Lurah yang bernama Bapak Singo Wongso. Bertempat tinggal di Dusun Gesing Utara yang kalau sekarang berada di sekitar Pabrik Salam Mie. Dia sangat tegas dan disegani oleh penjajah. Tepatnya pada tahun 1937 Lurah Singo Wongso ditangkap oleh penjajah karena dia menolak menyerahkan pemuda-pemuda desa untuk kerja paksa di Jurang Kwaci Malang. Penangkapan itu memicu pergerakan rakyat yang didukung oleh tentara nasional Indonesia dan juga beberapa pemuda dari Pulau Madura. Pergerakan itu dipimpin oleh seorang pemuda yang bernama Durrasad atau Abdur Rosad dari. Dia adalah seorang pemuda yang pemberani dan memiliki jiwa kepemimpinan.

Dari Desa Randupitu pergerakan menuju ke Pabrik Gula pertama kali dilakukan pada tahun 1937. Karena kurangnya peralatan dan prasarana perang, penjajah dapat memukul mundur para pemuda dan rakyat. Yang pada akhirnya perang terjadi disepanjang jalan Dusun Babat sampai ke wilayah Desa Plumbon Kecamatan Pandaan.
Untuk menghalangi masuknya tank-tank penjajah, sebagian pemuda dan rakyat menebang pohon randu yang besar-besar berjumlah 7 batang. Pohon tersebut diambil dari batas wilayah Desa Randupitu Selatan dengan Dusun Wangi Desa Sumberejo. Ternyata jalan yang dihalangi dengan 7 pohon randu tersebut hanya bisa bertahan selama 5 jam sehingga para pemuda dan rakyat terdesak sampai ke Desa Plumbon Kecamatan Pandaan. Dalam perang ini banyak pejuang yang gugur, diantaranya Bapak Buamin dari Desa Randupitu (Ayah dari Bapak Atimun Tamping Randupitu) yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kutorejo Pandaan. Sang komandan perang Durrassad tertangkap dan dipenjara di daerah Malang.

Setelah kejadian tersebut serta telah mendapat restu dari Mbah Pandak di Desa Sumberejo Pandaan, maka desa ini diberi nama Desa Randupitu.

Pada akhirnya, sekitar tahun 1941 Bapak Singo Wongsoh dan Durrassad bias meloloskan diri dari penjara Belanda menyusun serangan kedua dengan strategi dan persiapan yang matang, diantaranya :

1.      Mengumpulkan senjata rampasan untuk dipergunakan sebagai alat perlawanan kepada Belanda
2.      Bersatu dengan para tokoh masyarakat dan pemuda dari desa-desa disekitar Randupitu.
3.      Strategi perang yang matang.

Maka pada saat itu perlawanan dilakukan secara serempak di tiga sasaran lokasi, yaitu :
  1. .      Membakar Pabrik Gula di Dusun Babat.
  2. .      Membakar rumah dan membunuh Tuan Koller (Tuan Abang) di Dusun Gesing.
  3. .      Membakar pasar di perempatan Randupitu.


Menurut cerita yang kami dapatkan, setelah serangan tersebut penjajah Belanda di daerah Randupitu melarikan diri dengan menggunakan kereta api melewati Bangil.

Nah, itulah sebuah cerita sejarah yang berasal dari desa sebelah yang berbatasan langsung dengan Desa Kabunan dan masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Gempol.
Tunggu cerita sejarah selanjutnya....
(rey)


4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. sangat menarik, kebetulan saya juga dari randupitu tepatnya dusun gesing.

    BalasHapus
  3. keren mas. aku teko mbabat . gorong tau ero . cerito iki . suon wawasan.e

    BalasHapus
  4. Mbah q dlu pas ngarit d tembak Belanda.
    Pas angon d kuburan Cina.
    Smpe meninggal peluru nya msih tertinggal d lengan nya.
    Sungguh menarik cerita nya.
    Terimakasih

    BalasHapus

 

Blogger news

About